Pegiat Akselerasi Pendidikan Digital Ungkap Alasan Pemuda Sulit Berkontribusi Untuk Negara, Ini Harapannya

- 11 Maret 2023, 13:29 WIB
Arciv Arianto
Arciv Arianto /Dokumen pribadi/Andi Novriansyah Saputra/

GOWAPOS - Salah seorang pegiat akselerasi pendidikan digital, Arciv Arianto mengungkap alasan pemuda yang sulit berkontribusi untuk Indonesia

 

Melihat situasi pemuda di masa kini dengan gaya hidup sekedar menerima informasi apa adanya, menjadi perhatian serius Arciv Arianto selaku pemuda akselerasi pendidikan digital. Ia menyampaikan pandangannya mengenai hal tersebut pada Jumat, 10 Maret 2023 malam, di Adiva Cafe, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Menurutnya salah satu alasan mengapa pemuda hari ini sulit berkontribusi untuk negara adalah karena malas membaca sejarah. Padahal menurutnya, banyak pelajaran penting yang bisa diperoleh dari sejarah, termasuk untuk tidak selalu dibohongi oleh pandangan menyesatkan.

"Salah satu alasan kenapa pemuda itu nggak bisa berkontribusi lebih terhadap Indonesia, bahkan negara, kenapa? karena mereka lupa sejarah. Kita lupakan sejarah kita. Tulisan-tulisan tentang kita ada di Belanda, ada di Inggris. Kenapa mereka mengambil tulisan-tulisan itu? supaya kita tidak memiliki lagi bahan bacaan, supaya kita tahu bagaiman nenek moyang kita berjuang," kata Arciv Arianto, dalam diskusi berjudul "Episentrum Peradaban Nusantara" oleh Aktivis Peneleh.

Baca Juga: Presiden Jokowi Hadiri Panen Raya di Sragen, Minta Bulog Serap Gabah Petani dalam Jumlah Banyak

Pembohongan sejarah

Rektor Universitas Inspirasi Malam Indonesia itu juga mengungkap panjang lebar mengenai sejarah tentang berpengaruhnya nusantara terhadap perkembangan global. Para penggerak dari tumbuh dan berkembangnya berbagai sektor di dunia ternyata ada kontribusi lebih dari pemuda nusantara di masa lalu.

Arciv mengajak para pemuda, khususnya di Kota Makassar untuk mulai kembali membaca fakta-fakta menarik dan penuh edukasi dalam sejarah nusantara. Hal itu dianggapnya sebagai bentuk kritik dari doktrin sejarah yang tidak mendasar selama puluhan tahun, salah satunya yaitu penjajahan Belanda di Indonesia selama 350 tahun.

"Karena kita selalu didoktrin bahwasanya nusantara itu hanya bekas jajahan Belanda selama 350 tahun. Faktanya seandainya kita dijajah Belanda 350 tahun, apakah kita masih hidup sampai sekarang? Apakah kita masih bisa dengan berbagai suku bangsa, berbagai bahasa daerah, bahkan berbagai etnis Melayu bisa hidup di Indonesia saat kita masih dijajah? jawabannya tidak," tuturnya.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Indosiar hari ini, 11 Maret 2023: Live Madura United vs PSS Sleman

Lemahnya generasi pemuda dalam suatu bangsa, menurut Arciv merupakan kesempatan bagi bangsa luar untuk datang menjajah. Pada era seperti sekarang cara menjajah tidak lagi menggunakan persenjataan, bisa dengan ekspansi budaya, atau menyebarkan paham dan cara pandang mereka.

Pentingnya kenal sejarah

 

Oleh karena itu penting membaca kembali sejarah agar paham fondasi suatu bangsa serta apa saja yang sudah diperjuangkan oleh nenek moyang di masa lalu. Pengetahuan itu dirasa Arciv dapat menaikkan semangat pemuda hari ini untuk berupaya memperkenalkan budaya sendiri tanpa harus mengikuti budaya bangsa lain.

"Tapi karena kita tidak banyak mendengar sejarah ini, hanya menghabiskan waktu di medsos dan sebagainya. Ini menunjukkan kita gitu-gitu aja. Nusantara itu keren memang teman-teman, keren sekali. Tapi karena sejarah kita dihapus sehingga yang terjadi adalah pemuda-pemuda alay, pemuda-pemuda lebay, pemuda-pemuda yang tidak paham sejarah," kata Arciv Arianto.***

Editor: Andi Novriansyah Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x