Reformasi Gagasan Wahdatul Wujud Lewat Filsafat Mulla Shadra, Titik Temu atau Berseberangan?

- 17 Maret 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi sholat
Ilustrasi sholat /Instagram.com/@puisi_rumi/

Berangkat dari wahdatul wujud ke eksistensi utama

 

Syaikh Muhyi al Din Muhammad Ibnu Ali, lebih dikenal dengan sebutan Ibn Arabi, dilahirkan di Murcia, Spanyol, pada 1165. Semasa hidupnya, banyak karya dihasilkan lewat penggabungan berbagai aliran pemikiran esoterik yang berkembang di dunia Islam ke dalam suatu metode sintesis dengan ajaran-ajaran al-Qur’an dan hadits.

Baca Juga: Wakil Presiden RI Apresiasi Gerakan Wakaf Indonesia Secara Masif, Dinilai Bermanfaat Untuk Masyarakat

Ibn Arabi memulai pendidikannya di bawah naungan para ulama kota Murcia. Sempat bertemu dengan ulama sufi perempuan bernama Fathimah dari Cordova. Ajaran Fathimah mengantarkannya untuk masuk ke dunia sufisme -meskipun ayahnya sangat dekat dengan dunia sufi- hingga banyak mendapat pemahaman baru dari ensiklopedis dalam khazanah ilmu-ilmu Islam.

Keahliannya menghasilkan buah pikiran di bidang tafsir, hadits, figih, kalam, tasawuf, dan falsafah, membuat Ibn Arabi mendapatkan gelar kehormatan Syaikh al-Akbar (guru agung) dan muhyi al-din (pembangkit agama).

Bertolak pada bidang tasawuf dan falsafah, satu buah konsep monumentalnya yang menjadi rujukan para filsuf Islam di hari kemudian adalah kesatuan wujud (wahdatul wujud), istilah aslinya tauhid wujudi.

Wahdatul wujud menjelaskan tentang keseluruhan ada (wujud atau eksistensi) dan semua yang mengada (maujud) adalah satu kesatuan atau ketunggalan. Setiap keragaman di dunia realitas, baik itu terlihat secara indriawi ataupun intelektual, hanyalan ilusi.

Semua di dunia materi hanya bayangan atau pantulan cahaya dari satu wujud yang sama, atau sumber cahaya paling hakiki. Beragam realitas tidak wujud sendiri, melainkan sekedar pengungkapan dari realitas tunggal.

Tapi konsep wujud tersebut menurut Yazdi bukan berarti Ibn Arabi seorang panteistik (menganggap segala sesuatu adalah Tuhan), bukan juga monoteistik (ketunggalan dari Yang Transenden, semua atas hak-Nya), tapi lebih kepada monorealistik, yaitu menegaskan ketunggalan segala ada dan mengada.

Halaman:

Editor: Andi Novriansyah Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x