Reformasi Gagasan Wahdatul Wujud Lewat Filsafat Mulla Shadra, Titik Temu atau Berseberangan?

- 17 Maret 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi sholat
Ilustrasi sholat /Instagram.com/@puisi_rumi/

Pada perkembangannya, setiap hasil pemikiran filsafat Islam selalu saling melengkapi satu dengan yang lain. Tidak seperti di belahan dunia lain, satu argumen membantah dan menyembunyikan kebenaran dari argumentasi sebelumnya.

Seperti halnya filsafat hikmah Mulla Shadra, muncul berkat pengaruh dari konsep wahdatul wujud Ibn Arabi. Bahkan Mulla Shadra mampu memberikan hujjah falsafah terhadap wujud dari sudut pandang Ibn Arabi.

Sebenarnya ada beberapa bagian berbeda tentang wujud yang dikemukakan oleh kedua tokoh Islam tersebut, maka tidak heran ashaalah al-wujud hadir untuk memberikan pemaparan yang lebih rasional.

Ibn Arabi berpandangan bahwa wahdatul wujud hakikatnya pada thuri warai thur aql (di luar jangkauan akal, sehingga tidak sedikit para penerjemah kesulitan dalam memahami maksudnya.

Mungkin lewat penekanan prinsip wujud Mulla Shadra dapat sedikit terungkap maksud filosofis dari Ibn Arabi. Namun prinsipiltas harus bergerak ke ranah ambiguitas wujud (tasykik al-wujudi) untuk menjawab pertanyaan peripatetik terkait wujud setiap benda berbeda dari wujud yang lain.

Bagi Shadra, sesuatu yang mengada itu muncul dalam gradasi yang berbeda dari realitas tunggal. Wujud itu mempunyai tingkatan, memiliki intensitas  dan kelemahan. Jika meminjam contoh dari Suhrawardi tentang cahaya. Ada cahaya matahari, ada cahaya lampu dan cahaya lainnya. Semuanya cahaya, tetapi dengan predikat -umumnya kita sebut subjek- yang berbeda.

Gradasi semacam itu ada pada wujud, bukan pada kuiditas, tetapi pada eksistensi. Termasuk seluruh entitas sejak masih menjadi wujud paling dasar (wujud wajib) sampai materi (maddah) masing-masing adalah satu hakikat sesuai tingkatannya.

Berarti, wujud itu tunggal dalam kejamakannya dan jamak dalam ketunggalannya. Perbedaan asasi dari dua pandangan wujud tersebut menunjukkan bahwa itu bukan poin untuk membawa konsep wahdatul wujud dan prinsipilitas wujud menjadi saling bertentangan. (penyusakti.wordpress.com: 2017).

Kembali harus ditekankan setelah melihat argumen filsafat hikmah jelas sejalan dengan Ibn Arabi. Jika ingin lebih arif melihatnya, ashaalah al-wujud serta tasykik al-wujudi bisa menjadi kendaraan salik agar tiba pada wahdatul wujud para urafa.***

Halaman:

Editor: Andi Novriansyah Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x