Mengenal Museum Samsara Bali, Temukan Alasan dibalik Upacara Adat di Pulau Dewata

- 13 Juli 2023, 08:31 WIB
Salah satu siklus hidup dalam tradisi Hindu Bali yang ditampilka. Di Museum Samsara, Bali.
Salah satu siklus hidup dalam tradisi Hindu Bali yang ditampilka. Di Museum Samsara, Bali. /DOK.MUSEUM SAMSARA/

GOWAPOS - Berawal dari keprihatinan moderniasi yang menggerus adat dan budaya Bali, lahirlah Museum Samsara Bali sebagai jawaban dari keprihatinan tersebut. Museum Samsara Bali terletak di Desa Jungutan, Bebandem, Karangasem yang letaknya tidak jauh dari kaki Gunung Agung.

Museum Samsara Bali merupakan salah satu dari pengembangan museum kehidupan Karangasem yang mengangkat tema tentang siklus hidup manusia Bali.

Dimulai dari berbagai nilai serta tradisi yang melekat sejak bayi berada di dalam kandungan, kemudian lahir ke dunia, hidup dan mati bahkan hingga menyatu dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa dan tercapainya kesempurnaan.

Konsep tersebut kemudian dibingkai dalam ritual, sarana upacara dan pemaknaan dibalik simbol-simbol tersebut menjadi informasi praktis yang dapat menjadi pengayaan pengalaman.

Sedikitnya ada 14 rentetan upacara Hindu yang disajikan dalam bentuk foto beserta penjelasan dan alatnya yang terdapat dalam museum.

Selain itu, diperlihatkan pula aktivitas sehari-hari masyarakat setepat dari mulai pembuatan sarana tetabuhan (arak, brem), meulat-ulatan, mejejahitan, melukis wayang, bahkan sampai kegiatan kesenian khas seperti mecakepung/genjek dan ngoncang.

Staf operasional Museum Samsara Ida Bagus Wisnawa, seperti dikutip dari Antaranews, Minggu, 25 Juni 2023, mengatakan bahwa selain sebagai tempat konservasi budaya, mereka juga ingin menjelaskan alasan logis mengapa semua upacara dalam siklus kehidupan itu harus dilakukan oleh masyarakat Hindu di Pulau Dewata itu.

14 tahapan upacara adat di Bali

Pertama kali tiba di lokasi wisatawan akan diberikan kain beserta selendang dan jamu sebagai minuman selamat datang. Kemudian pengunjung akan melihat proses ngoncang atau menumbuk padi secara tradisional yang dilakukan oleh ibu-ibu sekitar.

Setelah itu, pengunjung didampingi oleh pemandu yang akan menjelaskan isi museum dan apa yang ada di sekitarnya. Objek wisata dan wisata edukasi ini terbentang di areal seluas 80 are atau 8.000 meter persegi, berisi ruang hijau terbuka dan beberapa bangunan tradisional, salah satunya gedung museum yang menjabarkan 14 tahapan upacara pada siklus hidup manusia Bali.

Apa saja 14 tahapan upacara adat di Bali? Tahap pertama dari upacara manusia Bali adalah Ngrujak, yang diberikan kepada wanita yang sedang hamil muda, dengan tujuan memperkuat kehamilan ibu dan mengurangi risiko keguguran. Beragam buah dicampurkan untuk dikonsumsi pada tahap ini, seperti pisang, delima, pepaya, mangga, belimbing, badung, kecubung, gula aren, dan madu.

Tahap kedua, Magedong-gedongan, yaitu upacara untuk wanita dengan usia kehamilan 3--6 bulan yang bertujuan memurnikan dan menjaga keselamatan janin dan ibu, agar nantinya sang anak lahir menjadi orang yang baik.

Ketiga, setelah bayi lahir dilakukan Nanem Ari-ari, dengan tujuan memohon perlindungan, umur panjang, serta keselamatan bagi si bayi, di mana ari-ari dicuci sampai bersih, dibungkus dengan kain kasa, diisi rempah-rempah, dimasukkan ke dalam kelapa lalu dikuburkan.

Selanjutnya Kepus Wedel, yaitu ritual khusus ketika plasenta terlepas dari pusar bayi, biasanya 5--15 hari setelah bayi lahir. Kelima, Mapag Rare, yaitu penyambutan kepada bayi yang berusia 12 hari sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan.

Keenam, Ngeles Kekambuh, upacara yang dilakukan kepada bayi setelah berusia satu bulan tujuh hari atau 42 hari. Pada saat bayi berusia tiga bulan atau 105 hari digelar upacara Nelu Bulanin, kemudian pada usia enam bulan digelar Ngenem Bulanin, di mana bayi diizinkan menginjak tanah untuk pertama kalinya.

Tahap kesembilan yaitu Mekutang Rambut, yaitu penanda bahwa bayi telah menjadi manusia sempurna dan pada tahap ini dilakukan upacara pemotongan rambut. Selanjutnya, Semayut Meketus lan Menek Kelih, yaitu upacara yang diberikan untuk anak yang kehilangan gigi pertamanya dan ketika anak menginjak remaja.

Setelah menginjak remaja, anak dapat melakukan upacara Metatah atau dikenal potong gigi, selanjutnya Pawiwahan atau menikah. Ketika meninggal dunia, manusia Hindu Bali akan dibuatkan upacara Ngaben, dan tahap terakhir dalam siklus hidup adalah Atma Wedana, yaitu upacara untuk menyatukan kembali kepada Sang Pencipta.

Setelah diberi edukasi soal tahapan hidup yang becermin dari kearifan Desa Jungutan, wisatawan akan diperlihatkan nama-nama dalam pohon keluarga di Bali. Pengalaman ini menunjukkan bahwa umat Hindu di Bali selalu mencatat asal dan siapa leluhurnya.

Selepas keluar dari gedung, pengunjung akan diajak beraktivitas sambil menyaksikan kehidupan langsung masyarakat yang tinggal di dalam museum. Dari total 100 orang warga lokal atau 30--40 kepala keluarga yang terlibat, beberapa di antaranya tinggal dan melakukan segala aktivitas di museum itu.

Lalu selanjutnya, pengunjung akan dibawa ke dapur khas Bali yang identik dengan ukuran rendah, sehingga harus jongkok atau duduk ketika memasak, dan untuk menyalakan api diperlukan kayu.

Di sana, pemandu akan menjelaskan proses pembuatan arak Bali, mulai dari masyarakat yang mengambil kelapa dengan memanjat pohon langsung, menirakan, proses penyulingan, hingga pengemasan.***

Editor: Burhan SM

Sumber: indonesia.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x