Romo Franz Magnis-Suseno, Cendikiawan Asal Jerman yang Mengabdi Untuk Indonesia dengan Filsafat

11 Oktober 2021, 11:28 WIB
cendikiawan Katolik asal Jerman Prof. Franz Magnis-Suseno SJ (Magnis-Suseno) /Instagram.com/@do2hingan/

GowaPos.com - Seorang cendikiawan Katolik asal Jerman Prof. Franz Magnis-Suseno SJ (Magnis-Suseno), telah mengabdi dan tinggal di Indonesia sejak 29 Januari 1961.

Awalnya, beliau memiliki nama lengkap Maria Franz Anton Valerian Benedictus Ferdinad von Magnis. Namun sejak tinggal di Indonesia, Ia menambah nama belakangnya dengan kata ‘Suseno’.

Nama itu ia peroleh dari salah satu tokoh lakon pewayangan Jawa yang bernama Karna Basuseno.Tokoh Karna selalu ditampilkan sebagai sosok yang baik dalam hal rupa mauapun kesaktiannya.

Baca Juga: Sinopsis Film Mile 22 di Trans TV, Aksi Aktor Laga Iko Ukais Bermain di Film Hollywood

Dari peristiwa itu, Magnis-Suseno ingin menjadi pribadi yang lebih baik bahkan mengabdi untuk tanah air Indonesia. Walaupun bukan keturunan asli, kecintaannya terhadap negara Indonesia tidak perlu diragukan.

Sejak kedatangannya, Magnis-Suseno telah melakukan pengabdian setelah ditasbihkan menjadi pendeta di Yogyakarta. Karena sudah terlalu lama tinggal, akhirnya ia memutuskan menjadi warga negara Indonesia.

Berbekal semangat untuk menyebarkan nilai-nilai keagamaan serta filsafat Romo Magnis-Suseno bergabung di Ordo Yesuit Indonesia dan bergaul dengan teman-temannya yang rata-rata berdarah asli jawa.

Baca Juga: Sinopsis Film Blood Father di Trans TV, Upaya Ayah Selamatkan Putrinya yang Putus Asa

Uniknya lagi, melalui kanal Youtube Ismail Fahmi, Romo Magnis-Suseno setiba di Indonesia mempelajari bahasa Jawa terlebih dahulu sebelum belajar bahasa Indonesia yang umum.

Magnis-Suseno semakin tertarik mempelajari berbagai hal di Indonesia karena banyaknya tantangan nasional yang ia temui, sehingga memacu dirinya untuk ikut berperan untuk memperjuangkan masa depan Indonesia.

Termasuk salah satunya adalah melalui bidang pendidikan. Memiliki latar belakang disiplin ilmu filsafat, Magnis-Suseno bersama teman-temannya mendirikan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara dan sempat menjadi ketua jurusan Filsafat Indonesia pada tahun 1987.

Baca Juga: Taka Vokalis band ‘One Ok Rock’ Beli Rumah di Hollywood Hills, Harganya Bikin Netizen Bingung

Romo Magnis-Suseno memiliki ketertarikan tersendiri pada budaya Jawa. Menurutnya terdapat banyak nilai filosofis yang bisa diperoleh, seperti kisah dalam perjuangan lakon pewayangan.

Sambil memperdalam pengetahuannya tentang nilai-nilai filosofis kebudayaan di Indonesia, ia juga menyelesaikan sebuah Disertasi yang berjudul Etika Jawa.

Etika sendiri merupakan cabang keilmuan filsafat, maka tidak heran jika dirinya sangat aktif dalam menanggapi isu-isu di Indonesia yang berkaitan dengan etika.

Baca Juga: Hercules Mampu Sekolahkan Empat Anaknya, Tiga Sekolah di Luar Negeri, Biayanya Darimana?

Baginya, dalam menanggapi suatu masalah etika terutama tentang kemanusiaan tidak bisa sekedar menyatukan pemahaman tapi harus dengan tindakan.

Hal itu pernah ia lakukan ketika menanggapi penanganan kasus narkoba di Indonesia pada Januari 2015. Saat itu pemerintah Indonesia memberikan hukuman mati terhadap enam terpidana kasus narkoba.

Menurut Romo Magnis-Suseno, Indonesia sebagai negara hukum yang berdaulat memiliki hak untuk menegakkan keputusan atas hukum yang berlaku sebagai efek jera bagi yang lain.

Baca Juga: Dua Kali Ditembak dan Tiap Malam Dikeroyok, Hercules: Mungkin Belum Waktunya

Akan tetapi, Bagi Magnis-Suseno yang melihat persoalan itu dari sisi etika dan moral beranggapan bahwa keputusan itu tidak seharusnya dilakukan karena berkaitan dengan moral kemanusiaan secara umum.

Selain itu, karena sistem peradilan yang dinilai masih berat sebelah yang berawal dari ketimpangan derajat sosial. Pendekatan filsafat moral Romo Magnis-Suseno sangat mempengaruhi paradigma berpikirnya.

Romo Magnis-Suseno saat ini telah berusia 85 tahun. Hingga sekarang ia masih aktif membawakan kuliah umum yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan atau filsafat kemanusiaan.

Hal itu ia lakukan untuk memperbaiki cara pandang masyarakat Indonesia sehingga bisa lebih saling menghargai dan mencintai satu sama lain walaupun adanya perbedaan.***

Editor: Burhan SM

Sumber: Youtube @Ismail Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler