Sandiaga Uno dan Ceruk Suara Islam, Penentu Peta Baru Koalisi Pilpres 2024

- 24 April 2023, 07:00 WIB
Ilustrasi Sandiaga Uno akan gabung parpol PPP atau PKS
Ilustrasi Sandiaga Uno akan gabung parpol PPP atau PKS /Polish/Foto kolase/

GOWAPOS - Beberapa hari jelang perayaan lebaran Idul Fitri 1444 Hijriyah (2023 Masehi), publik dibuat bertanya-tanya terkait isu rencana perpindahan partai politik (parpol) Sandiaga Uno dari Gerindra ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dikutip dari laman Pikiran Rakyat, isu itu semakin kencang lantaran Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum DPP PPP Muhammad Mardiono menyebut bahwa parpolnya akan menyambut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) pada bulan Mei mendatang

 

Disadur dari laman Pinterpolitik, meski begitu kuat dikait-kaitkan dengan parpol berlogo Ka’bah, Sandi ternyata akhir-akhir ini lebih menempel dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ia hadir sebagai narasumber utama dalam program Malang Cerdas dari PKS Muda. Hadirnya Sandi mendapat sambutan hangat dari para petinggi PKS, yang juga menyebut ada peluang untuk kembali menduetkannya dengan Anies Rasyied Baswedan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024.

Maklum saja, pengaruh suara pemilih Islam cukup membantu kenaikan elektabilitas Sandiaga Uno dalam dua edisi pemilihan. Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017, ia maju sebagai calon Wakil Gubernur berduet dengan Anies Baswedan lewat dukungan beberapa parpol Islam serta ormas Islam.

Hasilnya, duet baru itu berhasil mengalahkan pasangan petahana salah satunya berkat soliditas ceruk suara masyarakat muslim yang mendukungnya. Terjalinnya kedekatan yang begitu serasih dengan para pemilih muslim ternyata turut memberikan efek pada perjuangannya sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2019 lalu.

Baca Juga: Sinopsis Film WAR di INDOSIAR: Balas Dendam FBI JASON STATHAM terhadap Pembunuh Misterius JET LI

Menuju Pilpres 2024, situasi serupa tampaknya bisa terulang lagi. Terlebih PKS sebagai oposisi pemerintah saat ini masih membuka pintu selebar-lebarnya untuk mengulang kembali agenda politik bersama, meskipun Sandi sudah berada di dalam kabinet Indonesia Maju.

Sandi dan politik Islam

Pengalaman “kemesraan” Sandiaga Uno dengan parpol Islam sebelumnya telah menghasilkan satu kekhawatiran besar di tanah air, yaitu kembali terjebak dalam isu politik identitas. Sosoknya yang terlihat Islamis dan dekat dengan agenda politik Islam lantas memancing dua parpol Islam berupaya menggaitnya.

Menurut Francis Fukuyama dalam bukunya The Origin of Political Order, penisbatan embel-embel santri kepada Sandi merupakan konsekuensi logis dalam kehiduman manusia yang berkelompok. Kehidupan manusia itu sendiri menurut Fukuyama yang melahirkan “politik” untuk memgatur perbedaan-perbedaan dari sebuah kelompok.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata di Bandung Bernuansa Alam, yang Cocok untuk Dikunjungi Saat Libur Lebaran

Secara garis besar, politik berangkat dari respon kesadaran atas perbedaan identitas. Sementara identitas yang dimaksud begitu luas, bisa tentang agama, suku, ras, komunitas, dan lain sebagainya. Contohnya anggota parlemen merupakan perwakilan dari konstituen yang berada di daerah pemilihannya (dapil). Maka para anggota parlemen berkewajiban menyampaikan kepentingan dari konstituennya.

 

Jadi sebenarnya tidak salah juga jika Sandi sekarang lebih diidentikkan dekat dengan parpol bernuansa Islam dan elektabilitasnya kembali naik karena bermain dengan isu politik identitas yang bisa jadi membawanya kembali ke panggung Pilpres 2024 mendatang. Satu lagi hal hebat lainnya yang diperoleh Sandi adalah tidak kehilangan suara dukungan tersebut, walaupun sudah bergabung ke kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Berbeda dengan Ketua Umum partai Gerindra, Prabowo Subianto yang sempat ditinggal massa pendukungnya dari ceruk suara Islam, Sandiaga justru mampu mempertahankan wadah dukungan pemilih “Islam konservatif”, dengan tetap mempererat komunikasi dengan parpol seperti PPP dan PKS.

Tapi jika pilihan Sandi nanti jatuh ke PPP, maka ia akan memulai babak baru sebagai sosok santri yang lebih moderat. Peluang untuk bergabung di antara dua parpol itu masih terbuka lebar, setidaknya sampai tulisan ini dimuat. Apalagi lampu hijau sudah diberikan Prabowo bahwa ia tidak akan menghalangi kadernya yang ingin pamit dari parpol.

Momen mengunjungi kediaman Prabowo subianto ternyata diakui Sandi menjadi kesempatan untuknya menyampaikan permohonan maaf dan pamit kepada Ketua Dewan Pembina dan Ketua Umum partai Gerindra itu. Pernyataan pamit dari Gerindra diduga juga disampaikan kepada Wakil Ketua DPR RI F-Gerindra Dasco, secara tertulis.

Perkiraan peta koalisi

 

Sadar atau tidak, “endoresment” dari Presiden Jokowi kepada para bakal calon Presiden telah memberikan efek kenaikan elektabilitas begitu signifikan di beberapa lembaga survei nasional. Seperti halnya dalam masalah Piala Dunia U-20 Indonesia yang dibatalkan, sikap dari pemerintah pusat dengan dua Kepala Daerah salah satunya Ganjar Pranowo -namanya selalu teratas dalam daftar calon Presiden 2024- menunjukkan perbedaan mencolok.

Akibatnya, suara pemilih Ganjar sempat menurun dan berefek pada kenaikan suara pemilih Prabowo Subianto selaku bagian dari pemerintah pusat. Tidak berselang lama, kunjungan kerja terakhir Presiden ke Jawa Tengah dan kembali merajut kedekatan dengan Ganjar telah menaikkan lagi elektabilitasnya.

Kenaikan suara juga tidak luput dari Sandiaga Uno selaku Menparekraf RI. Kesibukannya berkeliling Indonesia demi mendukung program Presiden Jokowi serta menjalin keakraban yang begitu menempel kuat, telah menaikkan namanya di urutan teratas calon Wakil Presiden 2024. Nama Sandiaga Uno disebut pula oleh Presiden Jokowi sebagai sosok yang pantas mendampingi Ganjar Pranowo.

Tapi jika Sandi ternyata benar-benar pindah ke salah satu parpol Islam yang tadi disebut, tentu akan meramaikan lagi peta politik jelang Pilpres 2024. Apabila Sandi bergabung dengan PPP, ia masih punya kemungkinan merebut kursi Calon Presiden dalam koalisi KIB. Namun, jika pilihannya jatuh ke pelukan PKS, posisi tawar Cawapres Anies Baswedan tampaknya tidak akan dipikir dua kali olehnya.

Tampilnya Sandiaga Uno dalam kontestasi Pilpres mendatang tampaknya tetap akan merapatkan barisan soliditas suara pemilih Islam. Bahkan hal itu akan berdampak pula kepada para loyalisnya, yang berjuang secara serius untuk memenangkan sang panutan. Sandi berpeluang membawa raihan suara serta dukungan sepadan seperti dua edisi pemilihan sebelumnya.

Secara teoritis diungkapkan oleh Ambardi tahun 2009 dalam bukunya Mengungkap Politik Kartel: Studi tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi, bahwa pendukung dari masyarakat umum atau komintas dan parpol dapat maju secara konsisten memberikan dukungan dari waktu ke waktu, serta dari satu arena ke arena yang lain. Hal itu disebabkan karena adanya peluang polarisasi ideologis dan programatis yang sama di setiap Pemilu. Ada peluang persaingan antar kekuatan berbagai parpol menghiang begitu Pemilu selesai.

Pada intinya, peluang untuk meninggalkan partai Gerindra sudah terbuka lebar, tapi untuk mewujudkan pasangan jilid dua dengan Anies Baswedan masih dirasa cukup mustahil.***

Editor: Andi Novriansyah Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x