Konsumsi Aspartam, Bahaya yang Tersembunyi dalam Pemanis Buatan yang Populer

- 3 Juli 2023, 11:25 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi /Pixabay/@Brun-nO/

GOWAPOS - Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) WHO akan mengumumkan bahwa aspartam dinyatakan sebagai senyawa yang 'mungkin bersifat karsinogenik bagi manusia'.

Aspartam, pemanis buatan yang ditemukan pada tahun 1965 oleh ahli kimia Amerika Serikat James Schlatter, saat ini banyak digunakan dalam makanan instan karena penggunaannya yang diizinkan.

Aspartam, yang 200 kali lebih kuat dari gula pasir biasa, dapat ditemukan dalam berbagai produk seperti kola diet, permen karet, yoghurt, dan obat batuk.

Nilai kalori hampir nol dan tidak meninggalkan rasa pahit di lidah menjadikan aspartam sebagai pilihan yang menarik bagi banyak orang.

Namun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan aspartam perlu diperhatikan karena dapat berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.

Beberapa gangguan kesehatan yang dapat timbul akibat konsumsi aspartam berlebihan adalah memperburuk migrain dan bahkan dapat menyebabkan kanker.

Salah satu gangguan kesehatan yang ringan adalah memperburuk migrain. Aspartam yang dikonsumsi dapat menghasilkan glutamat di dalam tubuh.

Jika kadar glutamat melebihi batas normal, hal ini dapat memicu sakit kepala berat dan memperburuk gejala migrain pada penderita yang sudah lama menderita penyakit tersebut.

Selain itu, konsumsi aspartam juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Meskipun kadar kalori dalam aspartam rendah, aspartam dapat mengganggu metabolisme tubuh dan memicu peningkatan berat badan.

Hal ini menjadi sangat berbahaya jika aspartam dicampur dalam makanan yang mengandung senyawa lain, terutama kalori tinggi, karena dapat memicu obesitas.

Terlebih lagi, meskipun aspartam diklasifikasikan sebagai pemanis buatan, senyawa ini mengandung asam aspartat dan fenilalanin yang dapat diubah menjadi methanol.

Senyawa tersebut dapat mempengaruhi fungsi kognitif, suasana hati, aktivitas motorik, dan pola tidur. Bagi individu dengan kondisi fenilketonuria, sebuah kelainan genetik yang mengganggu kemampuan tubuh untuk mengurai fenilalanin, konsumsi aspartam dapat menyebabkan komplikasi dan kerusakan otak.

Aspartam awalnya dirancang sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes. Namun, konsumsi aspartam dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan diabetes karena dapat mengganggu produksi hormon insulin.

Penelitian yang diunggah dalam jurnal PLOS Medicine pada tahun 2022 juga menyebutkan bahwa pengonsumsi aspartam dalam jumlah berlebih dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara dan kanker darah.

Dengan adanya pengumuman baru dari IARC WHO yang menyatakan bahwa aspartam 'mungkin bersifat karsinogenik bagi manusia', penting bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi pemanis buatan ini.

Memahami risiko dan batasan konsumsi aspartam dapat membantu menjaga kesehatan tubuh dan mencegah efek samping yang merugikan.***

Editor: Burhan SM


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x