Tafakur Mengingat Ciptaan Allah, Perenungan untuk Mendapatkan Kebeningan Pikiran

- 4 September 2022, 11:02 WIB
Ilustrasi berdoa Jika lakukan amalan ini dengan istiqomah maka akan membuat kaya sejak muda kata Ustadz Adi Hidayat. Simak penjelasannya.
Ilustrasi berdoa Jika lakukan amalan ini dengan istiqomah maka akan membuat kaya sejak muda kata Ustadz Adi Hidayat. Simak penjelasannya. //Foto: jcomp/freepik/


GOWAPOS -- Tafakur merupkan perenungan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu inti atau hasil dalam mencapai kebeningan pikiran dan hati sehingga dapat menjadikan hidup ini lebih berharga dan dimanfaatkan untuk kebaikan dan kedekatan bersama Tuhan.

Tafakur berasal dari bahasa arab, Tafakkara, yang berarti memikirkan atau mempertimbangkan perkara. Dalam KBBI, tafakur berarti renungan, perenungan, merenung, menimbang-nimbang dengan sungguh-sungguh, atau berarti pula mengheningkan cipta.

Tafakur ( berpikir ) secara terminologis adalah nama untuk proses kegiatan kemampuan akal pikiran di dalam diri manusia, baik yang berupa kegiatan hati, jiwa, atau akal melalui nalar dan renungan.

Tujuannya untuk mencapai makna-makna yang tersembunyi dari suatu masalah, atau ketetapan hukum, atau asal usul korelasi antar permasalahan. Tafakur adalah proses mengamati, menganalisis, dan merenungkan antara satu unsur dengan unsur yang lain. Dari proses tersebut, lahirlah pendapat atau kesimpulan yang mampu mendekatkan diri kita pada Allah SWT.

Baca Juga: Prediksi Line-Up BARITO PUTERA vs AREMA FC yang Masuki Pekan ke-8 BRI Liga 1 2022

Tafakur adalah proses mengamati dan merenungkan semua ciptaan Allah SWT yang ada di muka bumi, sehingga mampu mengokohkan keimanan. Ujung dari orang yang senantiasa bertafakur adalah ia akan tercengang dan terkagum-kagum akan kekuasaan Allah SWT yang tidak terhingga.

Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam. Aisyah pernah berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira karena berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu.”

Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, ‘Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’.” (Muslim no. 899).

Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, “Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut karena gerhana itu merupakan tanda kiamat.”

Fenomena penciptaan alam semesta beserta segala isinya adalah bukti nyata Kemahakuasaan Sang Khalik. Orang beriman sebagai makhluk yang berpikir disuruh untuk merenungi, betapa hebat kekuasaan Allah SWT yang telah menciptakan segala sesuatu. Ahli agama dan filsafat tempo dulu sudah bertafakur tentang hakikat alam semesta.

Baca Juga: Sinopsis Mega Bollywood JOSH di ANTV:Persaingan Dua Geng Diwarnai Kisah Cinta Aishwarya Rai dan Shah Rukh Khan

Halaman:

Editor: Sutriani Nasiruddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x