Pejuang Taliban Menyemprotkan Merica ke Pengunjuk Rasa yang Menyerukan Hak

- 17 Januari 2022, 09:13 WIB
Sekitar 20 wanita berkumpul di depan universitas Kabul
Sekitar 20 wanita berkumpul di depan universitas Kabul /AFP/

Gowapos.com - Pasukan Taliban menembakkan semprotan merica ke sekelompok pengunjuk rasa wanita di ibu kota Afghanistan yang menuntut hak atas pekerjaan dan pendidikan, Minggu, 16 Januari 2022.

Sejak merebut kendali negara itu dengan paksa pada Agustus, otoritas Taliban telah memberlakukan pembatasan pada warga Afghanistan, terutama pada wanita.

Sekitar 20 wanita berkumpul di depan Universitas Kabul, meneriakkan "kesetaraan dan keadilan" dan membawa spanduk bertuliskan "Hak-hak perempuan, hak asasi manusia", seorang koresponden AFP melaporkan.

Namun protes itu kemudian dibubarkan oleh para pejuang Taliban yang tiba di tempat kejadian dengan beberapa kendaraan, kata tiga pengunjuk rasa wanita kepada AFP.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Indosiar, 17 Januari 2022: Live PSIS Semarang vs Arema FC Pukul 20:00 WIB

"Ketika kami berada di dekat Universitas Kabul, tiga kendaraan Taliban datang, dan pejuang dari salah satu kendaraan menggunakan semprotan merica pada kami," kata seorang pengunjuk rasa, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.

"Mata kanan saya mulai terasa panas. Saya memberi tahu salah satu dari mereka bahwa sangat memalukannya Anda, dan kemudian dia mengarahkan senjatanya ke saya." Lanjutnya.

Dua pengunjuk rasa lainnya mengatakan bahwa salah satu wanita harus dibawa ke rumah sakit setelah semprotan menyebabkan reaksi alergi pada mata dan wajahnya.

Seorang koresponden AFP melihat seorang pejuang menyita ponsel seorang pria yang merekam demonstrasi tersebut.

Baca Juga: Jadwal Acara TV GTV, 17 Januari 2022, D-TOX tayang di Big Movies Platinum pukul 22:00 WIB

Kelompok Islam garis keras telah melarang protes tanpa sanksi dan sering melakukan intervensi untuk membubarkan demonstrasi menuntut hak-hak perempuan.

Pihak berwenang Taliban telah memblokir karyawan sektor publik wanita untuk kembali bekerja, banyak sekolah menengah masih belum dibuka kembali untuk anak perempuan, dan universitas negeri ditutup.

Perjalanan jarak jauh bagi perempuan yang tidak didampingi kerabat dekat laki-laki telah dilarang.

Pihak berwenang juga telah mengeluarkan pedoman yang mencegah saluran televisi menyiarkan serial yang menampilkan aktor perempuan.

Sementara itu, banyak perempuan hidup dalam persembunyian, takut akan rezim yang terkenal melakukan pelanggaran hak asasi manusia selama masa kekuasaan pertama mereka antara 1996-2001, sebelum digulingkan oleh invasi pimpinan AS.***

Editor: Burhan SM


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah