Inilah 2 Aksi Demo Terbesar yang Dilakukan Mahasiswa Saat Era Presiden Soekarno

- 6 Juni 2022, 09:47 WIB
Ilustrasi 10 kumpulan kutipan Ir Soekarno dalam peringatan Hari Lahir Bung Karno 6 Juni.
Ilustrasi 10 kumpulan kutipan Ir Soekarno dalam peringatan Hari Lahir Bung Karno 6 Juni. /Instagram.com / @arsip_indonesia.

GOWAPOS -- Demonstrasi dapat dilakukan di tempat-tempat terbuka untuk umum. Namun, ada beberapa lokasi yang tidak boleh dijadikan tempat menyampaikan pendapat di muka umum, yaitu:

Sejumlah aksi protes atau demonstrasi besar yang dilakukan mahasiswa di Indonesia ternyata tidak hanya terjadi di tahun-tahun belakangan ini.

Rupanya, masyarakat juga pernah melakukan aksi demo secara masif di era pemerintahan Presiden Soekarno. Berikut informasinya:

1. Demonstrasi Mahasiswa 1952

Pemerintahan Presiden Soekarno pernah mendapat protes keras dari masyarakat pada 17 Oktober 1952. Bersamaan dengan itu, demonstrasi besar-besaran pun terjadi di Jakarta. Masyarakat menuntut pemerintahan Presiden Soekarno untuk membubarkan parlemen dan menggantinya dengan parlemen baru.

Baca Juga: Meminum Boba Tidak Bisa Dicerna dan Menyebabkan Usus Buntu? Cek Faktanya

Masyarakat juga menghendaki dilakukannya pemilihan umum. Sebelum bergerak ke Istana Negara, demonstran terlebih dahulu mendatangi gedung parlemen.

Dilansir dari Jurnal Factum bertajuk “Peristiwa 17 Oktober 1925: Tentara Pretorian Moderator dengan Gerakan Anti-Parlemen pada Masa Kabinet Wilopo’, massa yang kala itu berjumlah sekitar 10 ribu orang memenuhi wilayah sekitaran gedung parlemen di Jakarta. Mereka melakukan demonstrasi dan mengangkat poster yang menuntut dibubarkannya parlemen. Hingga akhirnya, mereka sampai ke Istana.

Aksi tersebut mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan. Sementara itu, Presiden Soekarno menyampaikan sebuah pidato yang menyatakan bahwa dirinya tidak dapat membubarkan parlemen. Bahkan, Bung Karno juga tak berniat menjadi diktator. Selesai mendengar pidato Bung Karno yang membara, massa aksi membubarkan diri.

Tuntutan ini disuarakan karena masyarakat menilai parlemen terlalu ikut campur terlalu jauh dalam urusan internal militer. Massa menyatakan kekecewaannya. Ditambah lagi, orang-orang yang ada di parlemen tidak dipilih berdasarkan pemilihan umum.

Halaman:

Editor: Sutriani Nasiruddin


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x