Sandiaga Uno dan Ceruk Suara Islam, Penentu Peta Baru Koalisi Pilpres 2024

- 24 April 2023, 07:00 WIB
Ilustrasi Sandiaga Uno akan gabung parpol PPP atau PKS
Ilustrasi Sandiaga Uno akan gabung parpol PPP atau PKS /Polish/Foto kolase/

 

Sadar atau tidak, “endoresment” dari Presiden Jokowi kepada para bakal calon Presiden telah memberikan efek kenaikan elektabilitas begitu signifikan di beberapa lembaga survei nasional. Seperti halnya dalam masalah Piala Dunia U-20 Indonesia yang dibatalkan, sikap dari pemerintah pusat dengan dua Kepala Daerah salah satunya Ganjar Pranowo -namanya selalu teratas dalam daftar calon Presiden 2024- menunjukkan perbedaan mencolok.

Akibatnya, suara pemilih Ganjar sempat menurun dan berefek pada kenaikan suara pemilih Prabowo Subianto selaku bagian dari pemerintah pusat. Tidak berselang lama, kunjungan kerja terakhir Presiden ke Jawa Tengah dan kembali merajut kedekatan dengan Ganjar telah menaikkan lagi elektabilitasnya.

Kenaikan suara juga tidak luput dari Sandiaga Uno selaku Menparekraf RI. Kesibukannya berkeliling Indonesia demi mendukung program Presiden Jokowi serta menjalin keakraban yang begitu menempel kuat, telah menaikkan namanya di urutan teratas calon Wakil Presiden 2024. Nama Sandiaga Uno disebut pula oleh Presiden Jokowi sebagai sosok yang pantas mendampingi Ganjar Pranowo.

Tapi jika Sandi ternyata benar-benar pindah ke salah satu parpol Islam yang tadi disebut, tentu akan meramaikan lagi peta politik jelang Pilpres 2024. Apabila Sandi bergabung dengan PPP, ia masih punya kemungkinan merebut kursi Calon Presiden dalam koalisi KIB. Namun, jika pilihannya jatuh ke pelukan PKS, posisi tawar Cawapres Anies Baswedan tampaknya tidak akan dipikir dua kali olehnya.

Tampilnya Sandiaga Uno dalam kontestasi Pilpres mendatang tampaknya tetap akan merapatkan barisan soliditas suara pemilih Islam. Bahkan hal itu akan berdampak pula kepada para loyalisnya, yang berjuang secara serius untuk memenangkan sang panutan. Sandi berpeluang membawa raihan suara serta dukungan sepadan seperti dua edisi pemilihan sebelumnya.

Secara teoritis diungkapkan oleh Ambardi tahun 2009 dalam bukunya Mengungkap Politik Kartel: Studi tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi, bahwa pendukung dari masyarakat umum atau komintas dan parpol dapat maju secara konsisten memberikan dukungan dari waktu ke waktu, serta dari satu arena ke arena yang lain. Hal itu disebabkan karena adanya peluang polarisasi ideologis dan programatis yang sama di setiap Pemilu. Ada peluang persaingan antar kekuatan berbagai parpol menghiang begitu Pemilu selesai.

Pada intinya, peluang untuk meninggalkan partai Gerindra sudah terbuka lebar, tapi untuk mewujudkan pasangan jilid dua dengan Anies Baswedan masih dirasa cukup mustahil.***

Halaman:

Editor: Andi Novriansyah Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x