Survei EPI Center Tempatkan Elektabilitas Gerindra Meroket Tinggalkan PDIP, Faktor Jokowi Jadi Penentu

21 Januari 2024, 10:49 WIB
Grafik survei elektabilitas partai politik versi Economics & Political Insight (EPI) Center. ANTARA/HO-EPI Center /

GOWAPOS - Gerindra menjadi partai politik dengan elektabilitas tertinggi dengan dukungan 18,9 persen disusul oleh PDI Perjuangan (PDIP) dengan dukungan 16,4 persen. Ini merupakan hasil survei terbaru dari survei Economics & Political Insight (EPI) Center.

Dalam survei terbaru EPI Center ini, juga diprediksi kalau peta kontestasi partai politik akan berlangsung dinamis.

Juga dalam survei tergabar kalau Partai Solidaritas Indonesia (PSI) akan meraup elektabilas tinggi yang mencapai 4,2 persen atau telah melewati ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4 persen.

Baca Juga: Legend of the Broken Sword Hero (2017): Kisah Jenderal Thongdee Petarung Muay Thai legendaris

“Gerindra diproyeksikan bakal memenangkan Pemilu 2024 sekaligus mengalahkan dominasi PDIP, serta munculnya pendatang baru di Senayan di mana elektabilitas PSI menembus 4,2 persen,” kata peneliti EPI Center Mursalin dalam keterangan tertulis yang diterima Antara Jakarta pada Sabtu, 20 Januari 2024.

Menurut Mursalin, potensi kemenangan Gerindra berkaitan erat dengan peta kontestasi Pilpres 2024.

“Dukungan yang diberikan Presiden Jokowi kepada Prabowo-Gibran mengungkit elektabilitas Gerindra sebagai partai pengusung utamanya,” ujar Mursalin.

Tingginya elektabiltas Gerindra, juga kuatnya pengaruh Jokowi dalam menaikkan elektabilitas partai yang didukungnya. Pada Pemilu 2014 dan 2019, perolehan suara PDIP terjaga pada kisaran mendekati 20 persen, naik dari Pemilu 2009 yang hanya berkisar 14 persen.

Baca Juga: Jadwal Keberangkatan dan Harga Tiket Kereta Api Rute Yogyakarta-Solo, Update Minggu, 21 Januari 2024

Sebaliknya dengan Gerindra, di mana Jokowi menjadi rival Prabowo pada Pemilu 2014 dan 2019, perolehan suaranya hanya berkisar 11-12 persen.

Perolehan suara PDIP terancam tergerus, di mana kantong-kantong suara PDIP menjadi lahan garapan Prabowo-Gibran.

“Terakhir, hengkangnya Maruarar Sirait yang merupakan putra tokoh pendiri PDIP memperkuat fenomena pergeseran pemilih,” lanjut Mursalin.

Karena itulah, faktor Jokowi juga tampak dalam lonjakan elektabilitas PSI, setelah sebelumnya partai baru pada Pemilu 2019 itu gagal menembus Senayan.

Kenaikan itu terjadi setelah Kaesang Pangarep, salah satu putra Jokowi, menjadi ketua umum PSI.

Jokowi yang ingin memastikan keberlanjutan program-programnya usai menjabat dua periode merasa perlu tetap mempengaruhi aktor-aktor pemilu.

Baca Juga: Jadwal dan Harga Tiket Pesawat Kelas Ekonomi Rute Makassar - Jakarta, Update 21 Januari 2024

Selain Gibran yang didapuk sebagai cawapres Prabowo, pengaruh Jokowi pada partai juga masuk melalui Kaesang.

PSI sendiri sejak awal memposisikan diri sebagai pendukung kuat kepemimpinan Presiden Jokowi.

“PSI bahkan mengembangkan ideologi Jokowisme yang diartikan sebagai kemajuan Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi,” terang Mursalin.

Masuknya PSI sebagai pendatang baru di Senayan berbanding terbalik dengan nasib PPP yang berdasarkan survei EPI Center elektabilitasnya hanya sebesar 2,7 persen.

Survei Economics & Political Insight (EPI) Center dilakukan pada 9-15 Januari 2024, secara tatap muka kepada 1200 responden mewakili 38 provinsi.

Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error sekitar 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Baca Juga: Jadwal SCTV Hari Ini, Minggu, 21 Januari 2024: FTV Tobat Pengedar Obat Kadaluarsa Tayang Siang Ini

Berikut hasil lengkap elektabilitas partai-partai politik versi EPI Center: Gerindra 18,9 persen, PDIP 16,4 persen, Golkar 10,5 persen, PKB 7,3 persen, Demokrat 5,6 persen dan PKS 5,2 persen.

Selanjutnya Nasdem 4,8 persen, PAN 4,6 persen, PSI 4,2 persen, PPP 2,7 persen, Perindo 1,5 persen, Hanura 0,6 persen, Gelora 0,4 persen, Ummat 0,3 persen, PBB 0,3 persen, Garuda 0,2 persen, PKN 0,1 persen, dan Buruh 0,0 persen, sedangkan responden yang menyatakan Tidak tahu/tidak jawab sebesar 16,5 persen.***

Editor: Subair Pare

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler