Manfaatkan Keunggulan Kampung, Perempuan dari Pinrang Sulsel Mengolah Pisang jadi Kripik yang Renyah

31 Oktober 2023, 20:20 WIB
Beginilah proses untuk membuat Kripik Otti Loka di Dapur Aisyahh Suka yang bermitra dengan Pertamina. /dok Dapur Aisyah Suka/

  GOWAPOS - Hampir seluruh wilayah di Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan (Sulsel) ditumbuhi tanaman pisang, sehingga potensinya untuk dikembangkan sangat besar.

Peluang ini disadari Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin sejak dipercayakan memimpin Bumi Celebes sebagai carateker.

Dimana diawal tugasnya, langsung mengelaurkan imbauan yang apkan warganya memprioritaskan menanam pisang dengan memanfaatkan dana desa.

Tetapi jauh sebelum itu, peluang ini sudah dimanfaatkan Ibu Rahmi, untuk mengelola pisang menjadi sesuatu yang bisa diproduksi menjadi kripik.

"Waktu itu saya pulang kampung di rumah orangtua di Pinrang dan saya melihat kakak membuat kripik pisang secara sederhana untuk camilan orang di rumah,"kenang Rahmi memulai kisahnya.

Juga stok pisang cukup banyak dan mudah ditemukan dimana-mana sehingga tidak membuat camilan dari pisang ini.

Dari kisah singkat ini, Rahmi bersemangat untuk menggunakan bahan baku untuk membuat kripik pisang yang lebih bervariasi dengan berbagai varian.

"Yah, awalnya langsung bersemangat untuk menjadikan bahan jualan dan bisa menambah pendapatan keluarga,"tambah ibu tiga anak ini.

Baca Juga: Berbekal Uang Pensiunan Suami dan Pendanaan UMK, Oma Manado Bangun Pangkalan LPG

Diakui Rahmi kalau usaha sejenis memang sudah banyak, tapi tekadnya membuat sesuatu yang beda sehingga bisa menjadi alternatif dari kripik pisang ini.

Tepatnya tahun 2019, Rahmi memberanikan diri untuk menawarkan ke toko oleh-oleh khas Makassar agar bisa menerima kripik pisangnya.

Dengan varian baru ekstra pedas dengan lombok 'katokkong' yang belum ada selamat ini, disambut baik oleh pemilik toko.

Ternyata di luar dugaan, kripik pisangnya laris manis dan diminta mulai dari berbagai tempat. Karena selain dijual secara offline, juga tetap memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan kripik pisangnya.

"Produk kripik pisang kami agar berbeda dari lainnya, karena punya beragam rasa salah satunya ekstra pedas dengan lombok katokkong,"jelas wanita berusia 34 tahun ini.

Seiring permintaan yang terus datang, Rahmi menambahkan rasa yang berbeda di produk-produknya.

Kini sudah ada rasa pedas manis, vanilla, kelapa dan rasa keju. Keistimewaan lain dari Usaha Dapur Aisyah Suka ini, tidak memakai bumbu tabur yang umumnya digunakan produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tapi bumbu spesial.

"Kami tidak memakai bumbu tabur yang umumnya dipakai pelaku UMKM tapi bumbu spesial sehingga bumbunya tidak lengket di tangan," kata istri Saharuddin ini.

Diakui jika teknik membuat kripik agak ribet dari yang lain, sehingga menghasilkan rasa yang berbeda pula termasuk cara penggorengannya seperti memarut bumbu di atas wajan.

Produk kripik ini bisa bertahan hingga 6 bulan setelah produksi, dan sering dijadikah oleh-oleh khas dari Makassar.

Baca Juga: Ketua MKMK Jimly Asshiddiqie Tolak Memanggil Saksi Ahli Karena Keterbatasan Waktu

Kini Dapur Aisyah Suka bisa memproduksi lima kali dalam setahun, dan rata-rata memproduksi 150 pcs dengan kemasan dari Jaya Sudiang, Makassar.

Inilah produk Kripik Otti Loka yang dipasarkan secara online dan offline yang menjadi oleh-oleh Khas Makassar.
Bermitra dengan Pertamina
Perkembangan usaha Kripik Otti Loka dari Dapur Aisyah Suka tidak terlepas dari bantuan Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi.

Dimana di tahun 2020, mendapatkan kredit modal usaha dari Pertamina dalam Program Kemitraan BUMN dengan UMKM.

“Awalnya saya dapat infonya dari teman, yang bergabung di Dekrasda Sulsel agar bisa jadi binaan Pertamina,”ungkap Rahmi.

Setelah mendapat informasi, dirinya mengajukan proposal bantuan modal usaha, dan akhirnya terpilih menjadi mitra Pertamina.

"Ternyata prosesnya mudah dan tidak lama sudah bisa mendapatkan modal usaha untuk mengembangkan Dapur Aisyah Suka,"kenangnya.

dan hanya mengajukan proposal sebesar Rp10 juta, dengan masa kerja selama tiga tahun dan tidak dibebankan membayar bunga.

"Alhamdulillah mendapatkan bantuan modal usaha untuk mengembangkan kripik pisang ini, dan sangat membantu di tengah keterbatasan modal,"ungkap pemilik Dapur Aisyah Suka.

Bantuan kemitraan yang digunakan untuk membeli alat-alat produksi, dan perluasan lokasi sehingga lebih nyaman bekerja.

Ini termasuk memakai Bright Gas 5,5Kg dan 12Kg untuk Dapur Aisyah Suka karena dinilai hemat dengan pemakain lama. Sebelumnya menggunakan LPG 3Kg untuk dapur produksi mereka, yang dipasang di tiga kompor.

Tapi dengan adanya program Pinky Movement, mereka selalu menggunakan produk Pertamina baik untuk keperluan usaha maupun dapur keluarga.

Karena sudah merasa terbantu dan cocok dengan kemitraan ini, jadi rencananya akan memperpanjang kerjasamanya, apalagi mereka selalu menepati kewajibannya membayar cicilan tepat waktu.

Baca Juga: Resep Bassang Makassar, Bubur Jagung Khas Sulawesi Selatan yang Lezat dan Mengenyangkan

Inilah produk Kripik Otti Loka yang dipasarkan secara online dan offline yang menjadi oleh-oleh Khas Makassar.

“Insya Allah kami akan memperluas kemitraan dengan Pertamina untuk lebih mengembangkan Dapur Aisyah Suka dengan berbagai varian rasa dari Otti Loka,” katanya optimis.

Program PUMK Rangkul UMKM
Guna membantu para usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), maka pihak Pertamina merangkul para pelaku UMKM yang punya prospek bagus tetapi tidak punya dana cukup untuk berkembang.

Ini dibuktikan dengan merangkul usaha anyaman serat lontar Munawarah di Desa Sawakkang, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.

Karena itu, Program Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK), yang digalakkan Pertamina menyasar pelaku usaha untuk diajak bermitra. Tujuannya agar mereka bisa bertumbuh dan berkembang dan tangguh mandiri.

"Kami memang mencari para pelaku usaha yang punya prospek tetapi sulit untuk berkembang, karena tidak punya modal yang cukup," kata Romi Bahtiar selaku Senior Supervisor Communication & Relation Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi.

Berbeda dari sebelumya, kini penyaluran bantuan modal usaha kepada pelaku UMKM tidak lagi langsung dari Pertamina. Kini penyalurannya harus melalui perbankan. Ini sudah berlaku sejak Februari 2023.

Kini pihak Pertamina hanya memberikan jasa administrasi berupa surat rekomendasi kepada UMKM yang berpotensi untuk berkembang agar mendapatkan bantuan dari pihak Perbankan yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI).

"Jadi sekarang pendanaan UMKM, dananya tidak langsung dari Pertamina tapi sudah ditangani perbankan. Dimana Pertamina hanya memberikan rekomendasi kepada UMKM yang dinilai berprospek berkembang untuk mendapatkan bantuan melalui BRI,"ungkap Romi.

Namun yang sementara membayar angsurannya tetap seperti biasa. Tetapi yang  ingin melanjutkan lagi kemitraannya, atau yang baru, pihaknya hanya memberikan surat rekomendasi ke bank untuk dipertimbangkan mendapatkan bantuan modal usaha.

Meskipun tidak memberikan langsung anggaran, tetapi program kemitraan tetap memberikan dukungan dan pembinaan seperti pelatihan-pelatihan dan pemeran tetap berjalan seperti biasanya.

Bukti lain kepedulian BUMN ini, dengan diadakannya Pertamina SMEXPO yang merupakan tempat belajar bagi UMKM dalam menggunakan marketplace sebagai tools dalam perluasan jangkauan pasar.

Dimana setiap tahunnya dilaksanakan aktivasi kegiatan berupa event yang dirancang sebagai ajang pameran virtual dalam rangka pemberdayaan UMKM yang telah bergabung sebagai mitra binaan Pertamina.

Di sini para pelaku UMKM dapat memasarkan produk dan layanannya serta meningkatkan wawasannya melalui berbagai program pelatihan ataupun workshop.***

 

 

 

 

Editor: Subair Pare

Tags

Terkini

Terpopuler