"Pahala menjadi beda karena niat anda waktu memberikan uang. Kalau anda misalnya membantu karena melihat tingkat pendidikannya, orang tersebut lagi butuh sesuatu, maka anda membayar sambil juga menolong dia. Jadi pahalanya nggak beda, yang jadikan beda adalah niat anda, tujuannya apa sih, kalau nolong kiyainya, lihat kiyai nya fakir, kiyainya perlu nih saya badalin aja, Ini boleh," tutur Buya Yahya.
Tergantung niat
Terkait apakah amalan badal haji yang dilakukan seseorang itu diterima atau tidak, itu bukan persoalan pihak yang membadalkan. Poin pentingnya adalah orang tersebut telah menjalankan semua syarat dan ketentuan ibadah haji.
Menjalankan badal haji tentu harus mengikuti rukun dhohir ibadah haji, dengan harapan dan doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'aala, ibadah itu diterima oleh-Nya. Untuk niat, Buya Yahya mengatakan itu kembali lagi pada saat memberikan uang badal haji kepada pihak yang diamanahkan.
"Anda yang membayarkan itulah niatnya seperti apa. Hubungannya dengan anda. Urusannya apa? ternyata merasa biayanya mahal, karena kualifikasi orang itu begitu tingg, tidak ada beda. Mungkin anda pilih yang lebih murah yang penting terlaksana, sisanya akan saya berikan kepada fakir miskin, yatim piatu, bagus itu. Jangan pilih yang murah, pelit lagi," ucap Buya Yahya.***