Meski Angka Covid-19 di Indonesia Tinggi, WHO Sarankan Indonesia Gelar Belajar Tatap Muka pakai Protokol Ketat

- 16 September 2021, 08:39 WIB
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi saat melakuanpengecekan sekolah tatap muka atau pembelajaran tatap muka (PTM), pada Senin, 6 September 2021 kemarin
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi saat melakuanpengecekan sekolah tatap muka atau pembelajaran tatap muka (PTM), pada Senin, 6 September 2021 kemarin /Zona SUrabaya Raya/Humas Pemkot Surabaya


Gowapos.com —
 Sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sudah mengizinkan sekolah di wilayah PPKM Level 3 untuk melakukan aktivitas pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.

Mengenai hal tersebut, Unicef dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong agar seluruh sekolah di Indonesia dapat kembali dibuka dengan aman, agar semua anak dapat kembali belajar.

Melalui perwakilan WHO yang disampaikan untuk Indonesia, Paranietharan, mengatakan dengan angka kasus Covid-19 yang tinggi sekalipun, WHO menyarankan agar sekolah kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan.

Baca Juga: Sudah Siap Meminang? Berikut Daftar Harga iPhone 13, Mulai 17 September Bisa Dipesan di Singapura

"Dengan aturan kesehatan yang ketat, sekolah dapat menawarkan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak dibandingkan dengan keadaan di luar sekolah," katanya melalui keterangan tertulis, Rabu, 15 September 2021.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa WHO juga menekankan penting untuk memastikan angka penularan di masyarakat tempat sekolah berada juga dapat dikendalikan dengan baik.

Tentunya penutupan sekolah juga telah berdampak terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak, yang berada dalam tahap penting perkembangannya, serta memiliki konsekuensi jangka panjang.

Baca Juga: Apple Resmi Rilis Iphone 13 Harganya Bikin Heran, Netizen: Gaji UMR Ngeliat Harga iPhone 13

Sementara, survei terbaru dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Unicef menunjukkan bahwa 58 persen dari 4.374 puskesmas di 34 provinsi melaporkan kesulitan menyediakan layanan vaksinasi di sekolah.

Anak di luar sekolah lebih berisiko menjadi korban eksploitasi, kekerasan fisik, emosional, dan seksual, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Anadolu Agency.

Halaman:

Editor: Sutriani Nasiruddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x