Pengamat Nilai Anies Baswedan terlalu Berlebihan, Hingga Publik Simpati pada Prabowo Subianto

- 9 Januari 2024, 07:38 WIB
Cawapres Gibran Rakabuming menuntun capres Prabowo Subianto untuk meninggalkan podium dengan disaksikan capres Ganjar Pranowo saat Debat Ketiga Capres Pemilu 2024 di Istora Senayan, Jakarta.
Cawapres Gibran Rakabuming menuntun capres Prabowo Subianto untuk meninggalkan podium dengan disaksikan capres Ganjar Pranowo saat Debat Ketiga Capres Pemilu 2024 di Istora Senayan, Jakarta. /ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc. /


GOWAPOS - Debat ketiga antara Calon Presiden (Capres) sudah berlalu, tetapi masih hangat dibicarakan terkait kekompakan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang menyerang Prabowo Subianto.

Ini juga diulas oleh Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Choirul Umam.

"Debat ketiga ini semakin mempertegas pola relasi antarcapres. Prabowo yang telah memiliki elektabilitas yang relatif lebih terkonsolidasi, tampil bertahan; sedangkan Anies dan Ganjar terlihat kompak bersama-sama menyerang Prabowo untuk mengejar ketertinggalan basis dukungan elektabilitas mereka," kata Ahmad di Jakarta pada Senin, 8 Januari 2024.

Ahmad menilai selama debat Anies langsung menyerang lebih awal atau preemptive attack, terutama pada pribadi Prabowo selaku menteri pertahanan.

Baca Juga: Sinopsis Film SALT di TRANSTV: Angelina Jolie Jadi Agen CIA yang Kabur Karena Dituduh Mata-mata Rusia

Menurutnya Anies, seolah-olah menjalankan strategi Tsun Tzu yang menekankan bila pertahanan terbaik adalah menang.

Bahkan mantan gubernur DKI Jakarta itu masih terbawa suasana pada Debat Pertama Capres Pemilu 2024, di mana serangannya dinilai mendapatkan poin politik lebih tinggi.​​​​​​

Juga Anies bahkan tak segan menyebut presiden sebagai "panglima diplomasi" berulang kali. Dia nampak ingin menyentil Presiden Joko Widodo yang tidak tampil secara impresif dalam diplomasi global.

Belum lagi, soal pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dan adanya "orang dalam" membuat praktik korupsi dan kebocoran anggaran dalam belanja alutsista di Indonesia.

Hanya saja, tanpa disadari justru hantaman-hantaman, seperti penilaiannya atas ketidakberhasilan lumbung pangan atau food estate yang dirasa dapat menciptakan poin politik, justru dianggap terlalu berlebihan.

Baca Juga: Cek Fakta: Video Ribuan Ikan Menyerang Kapal Nelayan Israel

"Dalam debat, serangan kepada lawan tentu sangat penting untuk menciptakan poin politik guna mendelegitimasi kredibilitas lawan. Namun, di saat yang sama, jika serangan itu disampaikan berlebihan, hal itu bisa berpeluang memunculkan rasa simpati publik terhadap pihak yang mendapatkan hantaman bertubi-tubi," kata Ahmad.

Berbeda dengan Ganjar, Ahmad menilai mantan gubernur Jawa Tengah itu tampil lebih tertib, dengan pola konfrontasi terukur dan diperkuat dengan substansi cukup impresif.

Bahkan Ganjar mampu mengelaborasi argumen tentang visi pertahanan, keamanan, dan diplomasi ekonomi dengan cukup impresif.

Menurut Ahmad, Ganjar pun mampu mengelaborasi basis argumen secara jelas kepada lawan-lawannya ketika tampil menjelaskan tentang kematangan perencanaan dan komitmen anti-korupsi dalam eksekusi kebijakan pertahanan, penguatan infrastruktur siber nasional, dan komitmennya pada upaya revitalisasi kinerja ASEAN yang cenderung prosedural.

"Karena itu, kuncinya terletak pada proporsionalitas serangan pada momentum serangan yang tepat," ucap dosen Ilmu Politik dan Internasional Universitas Paramadina itu.

Baca Juga: Akun Twitter Donald Trump Diblokir, Selengkapnya Peristiwa pada Tanggal 8 Januari

Selanjutnya, Ahmad mengamati Prabowo sempat terpancing emosinya oleh Anies, salah satunya saat menyampaikan ketidakpantasan Anies berbicara soal etika kepemimpinan dan sejumlah kritik pertahanan.

Meski demikian, Prabowo masih relatif mampu menahan emosinya.

Hanya saja, Prabowo akhirnya kurang mengelaborasi substansi dan filosofi kebijakan pertahanan-keamanan dan strategi hubungan internasional secara memadai, karena harus menahan emosi dan serangan-serangan yang tajam.

"Namun Prabowo kembali mampu menampilkan strategi bertahannya secara impresif saat dirinya menjelaskan tentang alasan turunnya indeks kinerja militer dan pertahanan dan kebijakan pertahanan sebagai produk legislasi kolektif atas persetujuan partai-partai pendukung rival-rival politiknya," ujar Ahmad.

Baca Juga: Sinopsis CINTA UNTUK GUDDAN Hari Ini, 8 Januari 2023: Karena Permintaan Guddan, Tiga Menantu Selamatkan AJ

Terkait penampilan individu ketiga capres, dia menilai Ganjar cenderung tampil secara cerdas; Anies bersikap ofensif dan bernas; dan Prabowo lebih defensif dan kurang elaboratif. ***

Editor: Subair Pare

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah