Manusia yang Terikat atau Otoritatif: Perspektif Fakhr Ad-Din Ar-Razy dan Martin Heidegger

- 31 Maret 2023, 18:05 WIB
Ilustrasi berpikir
Ilustrasi berpikir /Pixabay.com/geralt/

Menerjemahkan wujud

 

Mulai dari filsuf Islam yang namanya tidak kalah populer dari Ibn Sina, Al-Ghazali dan Ibn Rusyd, dialah Fakhr Ad-Din Ar-Razy. Untuk menyelam pada pemikiran filsafatnya, butuh bekal ilmu kalam sesuai dengan metodologi yang digunakannya.

Baca Juga: Lowongan Kerja Trans Entertainment di Makassar Tahun 2023, Tersedia 3 Posisi Untuk Minimal Lulusan SMA

Merujuk pada pandangannya terkait wujud atau ada dalam kitab Mabahits Al-Masyriqiyyah, terdapat pada tema teologi atau al-ilahiyyat dengan menyebut istilah Wajibul wujud. Apa yang ia maksud dari term wujud wajib adalah penyebab pertama yang sama sekali tidak memerlukan sebab apapun atau hasil dari akibat dari sebuah sebab, disebut zat yang pasti ada.

Selain wajib (pasti ada), juga ada istilah mumkin (mungkin, dalam istilah ilmu kalam disebut al-hadis). Keduanya disebut saling berkaitan. Ar-Razy tidak menutupi bahwa Wajibul wujud yang dimaksudnya seperti diistilahkan Ibn Sina yaitu Tuhan sebagai prima kausa, meliputi sifat-sifat-Nya, keesaan-Nya, dan perbedaan-Nya dengan substansi dan aksiden di alam semesta (Laduni.id,2021).

Menurut Ar-Razy, Tuhan dengan iradah-Nya telah menciptakan rangkaian atom-atom dengan segala keistimewaannya. Tapi dalam teori atom itu, dirinya membantah kekekalan alam seperti yang disebutkan Ibn Sina.

Alam dalam pandangan Ar-Razy terus bergerak dan berubah. Alam dunia, sekumpulan jawhar dan aksiden-aksiden yang membenuk suatu jism. Begitupun manusia, sudah diatur oleh Tuhan meliputi ukuran dan aturannya.

Proses perjalanannya, manusia memang dapat melakukan apapun atas kehendak dirinya sendiri. Namun ada faktor “X” yang mengatur kendali makhluk. Faktor tersebut adalah Tuhan dengan qudrah dan iradah-Nya.

Sehingga, tidak mustahil juga apabila terjadi hal-hal yang secara logis bertentangan dengan konsepsi kausalitas, seperti halnya mukjizat yang diperolah nabi dan rasul. Memutlakkan prinsip kausalitas, berarti juga menyamakan Tuhan dengan makhluk-Nya, dan itu tidak sesuai dengan konsep Wajibul wujud yang ia pegang.

Halaman:

Editor: Andi Novriansyah Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x