GOWAPOS - Pohon lontar yang berjejer rapi di sepanjang jalan, saat memasuki Desa Sawakong, Kecamatan Galesong Selatan, yang terletak 15 Km dari Ibu Kota Kabupaten Takalar, membuat suasana sejuk dan rindang.
Inilah pemandangan yang pertama terlihat, dari alam yang masih lestari dan damai. Dimana pohon lontar yang tumbuh subur dijadikan mata pencaharian oleh warga setempat selain bertani dan berkebun.
Kekayaan alam dan potensi pohon lontar ini, dimanfaatkan sebagian besar warga untuk membuat anyaman serat daun lontar yang bernilai tinggi.
Tak terkecuali Munawarah, seorang ibu rumah tangga yang berhasil mengubah nasibnya dan warga sekitarnya untuk berkembang dengan memanfaatkan serat lontar sebagai anyaman.
Tetapi mulanya Munawarah tidak langsung tertarik dengan usaha turun temurun yang digeluti warga tersebut. Karena masih dijadikan usaha rumahan dan belum berkembang dan dikelola secara tradisional.
Karena itulah, Munawarah yang mengatongi ijazah Diploma Tiga (D3) Perbankan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar (STIEM) Bongaya Makassar, lebih memilih pekerjaan lain di Kota Makassar.
Sama seperti keinginan perempuan desa lainnya, Munawarah membayangkan bisa bekerja di kota dan punya penghasilan tetap dan juga berkantor dengan pendingin ruangan yang sejuk.
Hasilnya Munawarah diterima di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Plan International dan cukup lama menghabiskan waktunya bekerja di NGO tersebut.
"Saya dulunya ingin bekerja di kota, dan sempat menjadi perwakilan LSM tersebut. Saya cukup lama berkerja di sana yang mengurus pemberdayaan masyarakat," kenangnya.
Sementara mengurus LSM, usaha serat daun lontar sudah ditekuni kedua orangtuanya. Tapi Munawarah belum tertarik, karena hanya dikerjakan untuk mengisi waktu luang saja.