Perempuan Tangguh dari Desa Sawakong Takalar, Mengubah Serat dan Daun Lontar Jadi Kerajinan Bernilai Tinggi

- 3 November 2023, 21:47 WIB
Munawarah, perempuan pengrajin serat daun lontar dari Desa Sawakang, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar yang berhasil membuat kerajinan serat lontar bernilai ekonomis tinggi.
Munawarah, perempuan pengrajin serat daun lontar dari Desa Sawakang, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar yang berhasil membuat kerajinan serat lontar bernilai ekonomis tinggi. /dok. pribadi/

"Ini dulunya usaha orangtua dan diturunkan kepada kami anaknya. Jadi kami belajar menganyam dengan hanya melihat-lihat lalu mencoba, bahkan dengan kemanpuan seadanya,"terang istri Mulyadi ini.

Hampir semua warga di Desa Sawakong, Takalar bisa mengayam daun lontar, meskipun hanya belajar otodidak dengan kemanpuan terbatas.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Takalar untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Munawarah mulai diajak mengikuti pelatihan-pelatihan yang digelar pemerintah setempat dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Karena orangtuanya sudah sepuh dan pendidikannya kurang, sehingga saya lah yang mewakili mengikuti pelatihan di kantor desa. Setelah itu, kembali diundang pelatihan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sulsel,"jelas Perempuan Kelahiran Ujungpandang, 19 Januari 1966 ini.

Nah, dari situlah Munawarah mendapat inspirasi dan pengetahuan untuk mengembangkan usahanya tersebut. Bahkan anyaman yang dulunya hanya membuat songkok guru, mulai dibuat beragam bentuk dan bervariasi.

"Dari pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, terbuka pemikiran untuk membuat beragam bentuk dari anyaman seperti kopiah, tas, tamplak meja, keramik anyaman, topi koboi dan sajadah,"sebut ibu dua anak ini.

Inilah Songkok Guru yang banyak dipesan dan jadi produk andalan usaha Angin Mammiri.
Inilah Songkok Guru yang banyak dipesan dan jadi produk andalan usaha Angin Mammiri.
Bahan Baku dan Pembuatan Produk
Kini serat daun lontar sudah punya nilai ekonomi yang tinggi, sehingga sudah diperjualbelikan. Sebelumnya warga hanya mencari dan memungut di sekitar kebun dan tidak dijual, tetapi sekarang sudah dijadikan usaha warga setempat.

Munawarah mengaku membeli Rp7 ribu satu pelepah dari pengumpul. Setelah itu, pelepahnya direndam di kolam selama 15 hari hingga sebulan. Tujuannya agar daun lontarnya lembek, dan pelepahnya membusuk sehingga keluar seratnya untuk dianyam.

"Nah, kalau sudah membusuk biasanya seratnya keluar dan itulah yang diperlukan dalam pembuatan produk anyaman,"jelasnya.

Biasanya untuk mempercepat proses pembusukan ditambahkan air cucian beras di kolam perendaman daun lontar. Dan, ini merupakan trik orangtuanya tapi cukup ampuh untuk cepat memperoleh hasil yang sempurna.

Halaman:

Editor: Subair Pare


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah