Guru Pesantren Perkosa Santriwati, Psikolog Ungkap 7 Tips Untuk Orangtua Sebelum Masukkan Anak ke Pesantren

9 Desember 2021, 17:09 WIB
Ilustrasi anak pesantren. /Instagram.com/@pesantrenyatim

GowaPos.com -- Baru saja, kabar yang membuat hati para orang tua merasa sangat tersayat dengan berita kasus perkosaan 12 santriwati oleh guru pesantren di daerah Bandung.

Kabar tersebut tentunya membuat sejumlah orangtua yang berniat menitipkan anak untuk mendalami agama hingga mengajarkan anak mandiri malah diperlihatkan kejadian yang memedihkan hati ini.

Bicara tentang pendidik dan lingkungan pendidikan, tak sedikit memang orangtua yang memutuskan untuk memasukkan anak-anak ke pesantren, asrama atau boarding school.

Kondisi anak jauh dari orangtuanya ini tentu tak sekadar dibutuhkan kesiapan hati dari pihak orangtua maupun anak, tapi banyak hal lain untuk diperhatikan. Apa saja?

Baca Juga: Profil Lengkap Herry Wirawan Guru Pesantren yang Viral Perkosa 12 Santriwatinya di Bandung

Dilansir GowaPos.com dari laman Mommies Daily, Mbak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi selaku psikolog anak dan remaja, mengungkapkan ternyata memang ada banyak hal yang perlu dipikirkan orangtua ketika memilih pesantren, asrama atau boarding school sebagai lembaga pendidikan anak.

Berikut ini tips buat orangtua yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren:

1. Sudah yakin belum?

Poin pertama yang perlu diperhatikan adalah untuk menyakinkan diri sendiri lebih dulu.

Apakah yakin ingin menyekolahkan anak di tempat itu? Coba review dulu, apa tujuan kita sebagai orangtua memilih pesantren atau boarding school untuk si kecil.

“Yakin tidak? Kalau belum yakin, ya, jangan dipilih,” tegas Mbak Vera.

Kalau orangtuanya saja masih ragu, bagaimana dengan anak-anaknya? Jangan sampai memilih pesantren lantaran ingin lepas tangan mengawasi anak-anak.

Baca Juga: Profil Lengkap Herry Wirawan Guru Pesantren yang Viral Perkosa 12 Santriwatinya di Bandung

2. Sudahkah anak mandiri?

Setelah kita, para orangtua yakin memilih pesantren, selanjutnya tinggal bagaimana menyiapkan anak.

Sudahkah anak mandiri? Mandiri di sini dalam artian bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Tidak tergantung pada orang lain.

Biar bagaimanapun, kondisi di asrama dan rumah tentu akan jauh berbeda.

3. Latih dengan membiasakan anak untuk menginap atau berjauhan

Coba lihat, apakah si kecil sudah siap berpisah? Hmm, kalau untuk saat ini saya sih, ragu kalau Bumi bisa pisah dah jauh-jauh dari saya dalam jangka waktu yang cukup lama.

Lah wong, kalau menginap di rumah si mbahnya atau rumah saudara pasti nggak betah lama. Jika anak kita memang sudah nggak rewel saat berpisah, bisa jadi tanda kalau anak sudah siap masuk pesantren.

Baca Juga: Santriwati Korban Pemerkosaan Guru Pesantren Sering Merasa Ketakutan, inilah 4 Bukti Kesaksian Warga

3. Jangan pernah memaksa anak

Dalam hal apapun saya yakin, segala sesuatu yang dipaksakan hasilnya nggak akan baik. Termasuk dalam memilih sekolah.

Ketika memutuskan memilih pesantren, tentu saja perlu didiskusikan pada anak lebih dulu.

Jangankan untuk pilihan pesantren, yang akan membuat anak pisah lama dari orangtua. Salah memilihkan sekolah umum saja sudah bikin anak nggakhappy menjalankan rutinitasnya.

Ketika anak tidak bahagia, akan berpengaruh pada hal lainnya, baik nilai akademis, emosi dan bagaimana pergaulanya di lingkungan.

Baca Juga: Jungkook BTS Tercyduk Bukan Pemain Baru Instagram, Berikut Fakta dan Pro Kontra Perdebatan Knetz 

4. Perhatikan usia anak

Mbak Vera mengaku, kalau dirinya pribadi termasuk orangtua yang tidak tega untuk memilihkan pesantren untuk kedua puteranya. Khususnya untuk tingkat SD.

Menurutnya, jika merujuk dari kesiapan anak, usia yang paling tepat adalah ketika anak memasuki bangku SMA, ketika anak sudah berusia 15 atau 16 tahun.

Sedangkan ketika anak masih duduk di bangku SMP, justru anak-anak sedang mengalami puncak masa puber.

Sudah bisa dipastikan saat ini anak masih butuh dekat dan bimbingan dari orangtua.

Berdasarkan pengalamannya, Mbak Vera mengaku, tidak sedikit masalah yang dihadapi anak-anak puber yang masuk ke pesantren.

Hal ini karena banyak isu yang perlu diperhatikan, salah satunya masalah ketertarikan dengan lawan jenis dan bullying.

5. Cermat dengan visi, misi, dan fasilitas yang ada

Bisa dibilang, pilihan pesantren saat ini sudah cukup banyak. Untuk itu, jangan lupa untuk melihat visi, misi, konsep dan filosofi pendidikan sekolah yang sudah jadi incaran.

Apakah sudah cocok atau belum? Pastikan punya value yang sama dengan prinsip mendidik anak. Tidak bisa dipungkiri, bahwa ada sekolah yang tidak memerhatikan atau mengakomodir kebutuhan anak didiknya.

Seperti yang diungkapkan Mbak Vera, sekolah juga harus disesuaikan dengan kebutuhan anak.

Baca Juga: WHO Sebut Dampak Varian Omicron Lebih Rendah dari Delta

6. Peka dengan tanda yang diberikan oleh anak

Mbak Vera bercerita, ia pernah mendapatkan kasus di mana si anak mengalami masalah di sekolahnya. Tidak hanya bullying, ternyata anak tersebut menjadi korban orang yang tidak bertanggung jawab karena melakukan kekerasan seksual.

Sudah bisa dipastikan kalau sang anak tidak mau kembali lagi ke sekolah. Untuk itu, Mbak Vera menyarankan agar orangtua lebih peka dengan anak.***

Editor: Sutriani Nasiruddin

Tags

Terkini

Terpopuler