Santriwati Korban Pemerkosaan Guru Pesantren Sering Merasa Ketakutan, inilah 4 Bukti Kesaksian Warga

- 9 Desember 2021, 16:38 WIB
Ilustrasi kekerasan seksual.
Ilustrasi kekerasan seksual. /freepik.com / @freepik.


GowaPos.com --
Satu lagi, kelakuan bejat oleh salah satu guru pesantren di Bandung hang berinisial HW.

Pasalnya, ia memperkosa belasan santriwatinya sendiri hingga hamil dan kini telah sampai di telinga publik dan menjadi bahan perbincangan.

Menurut laporan Kejati Jawa Barat, oknum tenaga pendidik berinisial HW telah melangsungkan aksi bejatnya tersebut sejak 2016 silam.

HW dikabarkan sudah menggauli secara paksa 12 santriwati hingga terlahir 8 bayi dan tiga korban lainnya dalam keadaan mengandung.

Baca Juga: Profil Lengkap Herry Wirawan Guru Pesantren yang Viral Perkosa 12 Santriwatinya di Bandung

Mendengar aksi keji yang dilakukan oleh pemilik pondok pesantren (ponpes) TM di Cibiru, Komite Solidaritas Pelindung Perempuan dan Anak Partai Solidaritas Indonesia (KSPPA PSI) ikut bertindak.

Pendamping dari KSPPA PSI, Mary Silvita mengatakan pihaknya sudah menyambangi tempat kejadian perkara pada 4 Desember 2021 lalu.

Mary tak lupa bertanya pada warga terkait kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan tempat mereka tinggal.

"Sabtu 4 Desember kemarin, kami bersama teman-teman PSI Bandung mendatangi TKP yang merupakan pondok tempat tinggal dan tempat belajar para santriwati. Kami juga bertanya kepada warga sekitar tentang aktivitas yang mereka ketahui di Pondok tersebut," ucapnya sebagaimana dikutip dari Facebook Mary Silvita.

Baca Juga: 12 Santriwati di Bandung Korban Pemerkosaan Guru Pesantren tengah Melahirkan, Pelaku Dijatuhi 15 Tahun Penjara

Dari kesaksian warga, ada 4 kejanggalan yang terlihat jelas sebelum kasus pemerkosaan terhadap santriwati ini terungkap, berikut keterangannya:

1. Santriwati Sering Terlihat Ketakutan

Menurut warga sekitar, santriwati sering terlihat gelisah saat HW datang ke pondok pesantren.

Mereka langsung masuk usai melihat sang guru tiba di lingkungan pondok.

"Penduduk sekitar mengaku sering melihat keanehan dari pondok tersebut. Beberapa warga yang tinggal persis di depan rumah atau pondok pendampungan santriwati itu mengaku sering melihat santriwati terlihat ketakutan dan langsung masuk ke dalam rumah setiap kali HW pulang," katanya.

Bahkan satu waktu dilaporkan ada santriwati yang menangis mengadu pada warga karena diduga mendapat perlakuan kasar.

"Seorang anak berusia 9 tahun, berkulit hitam manis, asal Papua sering terlihat menangis dan mengadu kepadanya bahwa dia sering didorong dan dimarahi," ucapnya.

2. Terisolasi

Penduduk sekitar merasa para santriwati mendapat tekanan agar tidak terlalu banyak berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

"Tampak seperti ada pembatasan untuk berbicara dan berkomunikasi bagi santriwati dengan para tetangga," katanya.

"Warga mengaku tidak pernah berinteraksi dengan pihak pondok dan santriwati karena semua terlihat tertutup dan pendiam," tuturnya.

Baca Juga: Link Live Streaming Piala AFF 2020 Indonesia vs Kamboja: Preview dan Prediksi Line-Up

3. Anak-anak Balita

Beberapa warga yang acap memberi donasi untuk anak yatim ke dalam pondok pesantren menuturkan sempat melihat anak balita yang mirip dengan HW.

Anak-anak itu tampaknya tidak terpaut usia yang terlalu jauh.

"Kejanggalan lain yang dilihat warga adalah, keberadaan anak-anak balita yang dia lihat berparas mirip dengan HW, padahal usia para balita seperti sepantaran," ujarnya.

4. Kebiasaan Santriwati

Keseharian santriwati di pondok milik HW juga menjadi sorotan warga.

Santriwati yang sejatinya sibuk belajar justru kedapatan memiliki kebiasaan lain di luar batas wajar seorang pelajar.

"Sehari-hari para santriwati terlihat sibuk bekerja. Bahkan sampai bekerja mengangkat dan mengaduk semen serta membangun bangunan pondok. Padahal mereka adalah anak perempuan dan masih kecil," ucapnya.

Mendengar keterangan warga, Mary naik pitam karena bertahun-tahun HW diduga telah memperdayai anak-anak malang tersebut, dengan mengeksploitasi mereka secara fisik dan seksual.

Baca Juga: Jambret Tas Pemotor di Jalan, Dua Terduga Pelaku Diringkus di Kamar Kos

"Kita tidak pernah tahu jumlah korban sebenarnya. Sebab ada banyak santriwati yang juga sudah keluar dan pergi entah ke mana. Dan kejadian ini sudah berlangsung bertahun-tahun," ujarnya.

Oleh karena itu, KSPPA PSI mendesak agar HW dihukum seberat-beratnya sesuai dengan kejahatan yang telah dia perbuat.

"Mari sama-sama kawal kasus ini agar pelaku bisa dihukum maksimal. Bahkan dia pantas untuk mendapat hukuman tambahan berupa kebiri kimia, karena perbuatannya ini sudah melampaui batas kemanusiaan. Ini adalah kejahatan kemanusiaan yang patut mendapat perhatian kita semua," ucap Mary.

Disclaimer: Artikel ini telah tayang sebelumnya di Galamedia.pikiran-rakyat.com

Editor: Sutriani Nasiruddin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah